Buddhism Bar

Perpustakaan buddhism.

Menjadi Buddha (Part 3): Menjadi Ariya

Posted by Lord Bharadvaja pada Maret 5, 2011

Lanjutan tulisan “Menjadi Buddha (Part 2): Menjadi Bhikkhu“.

I. Memperkuat pikiran (tahap Sotapanna)
Anapanasati
“Dalam hal ini, seorang bhikkhu menetapkan perhatian murni di hadapannya (artinya ia memperhatikan dengan waspada obyek meditasinya, yaitu pernapasan).
Dengan penuh perhatian ia menarik nafas.
Dengan penuh perhatian ia menghembus nafas.
Saat menarik nafas panjang ia tahu ia sedang menarik nafas panjang.
Saat menghembus nafas panjang ia tahu ia sedang menghembus nafas panjang.
Saat menarik nafas pendek ia tahu ia sedang menarik nafas pendek.
Saat menghembus nafas pendek ia tahu ia sedang menghembus nafas pendek.”

Iriyapatha dan Satisampajana
“Selanjutnya, seorang bhikku, saat ia berjalan ia tahu sedang berjalan, saat berdiri, ia tahu sedang berdiri, saat duduk ia tahu sedang duduk, saat ia berbaring ia tahu sedang berbaring.”
“Selanjutnya, seorang bhikku,
Saat berjalan ke depan atau belakang, tahu yang ia lakukan.
Saat melihat ke depan atau belakang, tahu yang ia lakukan.
Saat menekuk atau mengulur, tahu yang ia lakukan.
Saat membawa perlengkapan bajunya dan peralatannya, tahu yang ia lakukan.
Saat makan, minum, kunyah, kecap, tahu yang ia lakukan.
Saat kencing atau berak, tahu yang ia lakukan.
Saat berjalan, berdiri, duduk, tidur, bangun, atau saat bicara atau diam, tahu yang ia lakukan.
Pokoknya sadar semua gerakan yang ia lakukan.

Kayagatasati
“Selain itu, para bhikkhu, seorang bhikkhu terhadap fisik, dari tapak kaki ke atas dan dari puncak kepala ke bawah, yang terselubung kulit dan penuh kekotoran, ia mengamati begini:
‘Di fisik ini ada rambut,
Di fisik ini ada bulu,
Di fisik ini ada kuku,
Di fisik ini ada gigi,
Di fisik ini ada kulit,
Di fisik ini ada daging,
Di fisik ini ada otot,
Di fisik ini ada tulang,
Di fisik ini ada sumsum,
Di fisik ini ada ginjal,
Di fisik ini ada jantung,
Di fisik ini ada hati,
Di fisik ini ada diafragma,
Di fisik ini ada limpa,
Di fisik ini ada paru-paru,
Di fisik ini ada usus kecil,
Di fisik ini ada usus besar,
Di fisik ini ada makanan dalam lambung,
Di fisik ini ada tinja,
Di fisik ini ada otak,
Di fisik ini ada empedu,
Di fisik ini ada lendir,
Di fisik ini ada nanah,
Di fisik ini ada darah,
Di fisik ini ada keringat,
Di fisik ini ada lemak,
Di fisik ini ada airmata,
Di fisik ini ada minyak tubuh,
Di fisik ini ada ludah,
Di fisik ini ada kotoran hidung,
Di fisik ini ada minyak sendi,
Di fisik ini ada urin.’”

Dhatuvavatthana
“Selanjutnya, seorang bhikku, mengamati:
‘Di fisik ini ada 5 unsur: air, tanah, ruang, udara, api‘.
Seorang bhikkhu memperhatikan unsur air (apo) yang ada di dirinya dan diluar diri. Semua itu diperhatikan sebagai tanpadiri.
Seorang bhikkhu memperhatikan unsur tanah (pathavi) yang ada di dirinya dan diluar diri. Semua itu diperhatikan sebagai tanpadiri.
Seorang bhikkhu memperhatikan unsur ruang (akasha) yang ada di dirinya dan diluar diri. Semua itu diperhatikan sebagai tanpadiri.
Seorang bhikkhu memperhatikan unsur udara (vayo) yang ada di dirinya dan diluar diri. Semua itu diperhatikan sebagai tanpadiri.
Seorang bhikkhu memperhatikan unsur api (teja) yang ada di dirinya dan diluar diri. Semua itu diperhatikan sebagai tanpadiri.
Jika sesuatu yang mengandung unsur-unsur itu datang ke dirinya, ia harus membuat benda itu lolos menembus kesadarannya dan tak berdiam di kesadaran, dengan rasa netral.”

Sivathika
Lv 1 Mayat Busuk:  Seorang bhikku yang melihat mayat yang membengkak dan membusuk, membandingkan fisik itu dengan fisiknya, sambil berpikir, ‘fisikku juga punya sifat-sifat yang sama dengannya, karena itu fisikku juga bisa menjadi seperti itu‘. Ilmu Ulat Sutra
Lv 2 Mayat Pecah:  Seorang bhikku yang melihat mayat yang dagingnya terkoyak-koyak, membandingkan fisik itu dengan fisiknya, sambil berpikir, ‘fisikku juga punya sifat-sifat yang sama dengannya, karena itu fisikku juga bisa menjadi seperti itu’. Ilmu Cakar Tulang Putih
Lv 3 Mayat Merana:  Seorang bhikku yang melihat mayat yang dagingnya terkuliti, membandingkan fisik itu dengan fisiknya, sambil berpikir, ‘fisikku juga punya sifat-sifat yang sama dengannya, karena itu fisikku juga bisa menjadi seperti itu‘. Ilmu Penyedot Bintang
Lv 4 Mayat Hancur:  Seorang bhikku yang melihat mayat yang dagingnya tercabik, membandingkan fisik itu dengan fisiknya, sambil berpikir, ‘fisikku juga punya sifat-sifat yang sama dengannya, karena itu fisikku juga bisa menjadi seperti itu‘. Ilmu Bajubesi lv5
Lv 5 Mayat Kalah :  Seorang bhikku yang melihat mayat yang hampir tinggal kerangka, membandingkan fisik itu dengan fisiknya, sambil berpikir, ‘fisikku juga punya sifat-sifat yang sama dengannya, karena itu fisikku juga bisa menjadi seperti itu‘. Ilmu Silat Tulang Putih
Lv 6 Putus Tulang:  Seorang bhikku yang melihat mayat yang tinggal kerangka patah, membandingkan fisik itu dengan fisiknya, sambil berpikir, ‘fisikku juga punya sifat-sifat yang sama dengannya, karena itu fisikku juga bisa menjadi seperti itu‘. Tenagadalam … Bulan
Lv 7 Tulang Putih:  Seorang bhikku yang melihat mayat yang kerangkanya memutih, membandingkan fisik itu dengan fisiknya, sambil berpikir, ‘fisikku juga punya sifat-sifat yang sama dengannya, karena itu fisikku juga bisa menjadi seperti itu‘. Ilmu Iblis Darah
Lv 8 1000 Tulang:  Seorang bhikku yang melihat mayat yang berupa tumpukan tulang, membandingkan fisik itu dengan fisiknya, sambil berpikir, ‘fisikku juga punya sifat-sifat yang sama dengannya, karena itu fisikku juga bisa menjadi seperti itu‘. Ravirontek
Final lv Debu Tulang Mayat:  Seorang bhikku yang melihat mayat yang tulangnya menjadi debu, membandingkan fisik itu dengan fisiknya, sambil berpikir, ‘fisikku juga punya sifat-sifat yang sama dengannya, karena itu fisikku juga bisa menjadi seperti itu‘.” Debu Tulang Putih

Cittanupassana
“Dalam hal ini, seorang bhikkhu tahu
Pikiran yang muncul sebagai pikiran bernafsu, sebagai pikiran bernafsu.
Pikiran yang muncul sebagai pikiran suci, sebagai pikiran suci.
Pikiran yang muncul sebagai pikiran membenci, sebagai pikiran membenci.
Pikiran yang muncul sebagai pikiran mencinta, sebagai pikiran mencinta.
Pikiran yang muncul sebagai pikiran sesat, sebagai pikiran sesat.
Pikiran yang muncul sebagai pikiran pas, sebagai pikiran pas.
Pikiran yang muncul sebagai pikiran ragu, sebagai pikiran ragu.
Pikiran yang muncul sebagai pikiran teguh, sebagai pikiran teguh.
Pikiran yang muncul sebagai pikiran mandeg, sebagai pikiran mandeg.
Pikiran yang muncul sebagai pikiran maju, sebagai pikiran maju.
Pikiran yang muncul sebagai pikiran picik, sebagai pikiran picik.
Pikiran yang muncul sebagai pikiran mulia, sebagai pikiran mulia.
Pikiran yang muncul sebagai pikiran mengambang, sebagai pikiran mengambang.
Pikiran yang muncul sebagai pikiran terpusat, sebagai pikiran terpusat.
Pikiran yang muncul sebagai pikiran buntu, sebagai pikiran buntu.
Pikiran yang muncul sebagai pikiran bebas, sebagai pikiran bebas.”

II. Menemukan Jalan Tengah (tahap Sakadagami)
Vedananupassana
“Saat mengalami perasaan menyenangkan, ia sadar ‘ini menyenangkan‘.
Saat mengalami perasaan mengganggu, ia sadar ‘ini mengganggu‘.
Saat mengalami perasaan fisik menyenangkan, ia sadar ‘ini menyenangkan‘.
Saat mengalami perasaan fisik mengganggu, ia sadar ‘ini mengganggu‘.
Saat mengalami perasaan bukan tak menyenangkan dan bukan tak mengganggu, ia sadar ‘ini bukan tak menyenangkan dan bukan tak mengganggu‘.”

III. Hidup di Jalan Tengah (tahap Anagami)
Dhammanupassana
“Seorang bhikkhu mengetahui dengan jelas
Saat obyek ada.
Saat obyek tak ada.
Saat obyek muncul.
Saat obyek lenyap.
Saat obyek tak akan muncul lagi untuk selamanya.“


Bagian 3 (menjadi Anagami) akan saya tuliskan beberapa hari lagi.

Tinggalkan komentar